JAKARTA, (PRLM).- Kabinet Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Wapres Boediono dipastikan sebagai hasil dari perkoncoan dari koalisi, teman dekat, dan sedikit yang benar-benar profesional. Oleh karena itu, jika situasi global dan nasional kondusif, tanpa bekerja pun kondisinya akan sama dengan lima tahun lalu. Demikian dikemukakan pengamat politik Soegeng Saryadi Syndicate (SSS) Sukardi Rinakit.
”Jadi, kalau situasi global dan domestik kondusif serta tidak ada konflik yang serius di Indonesia, meski menteri-menteri SBY itu tidur saja, kondisinya akan sama dengan lima tahun lalu. Tetapi, kalau mereka bekerja, akan lebih baik. Dan jika SBY bekerja keras, maka akan ada lompatan kemajuan,” katanya.
Sukardi menyebut kabinet perkoncoan karena selain dari parpol koalisi (dua puluh orang) juga banyak di antara anggota kabinet itu berasal dari teman dekat SBY. Sebutlah Sutanto, Linda Agum Gumelar, E.E. Mangindaan, dan lainnya.
”Yang aneh lagi, beberapa menteri pindah posisi kementerian dan tidak sesuai dengan keahliannya seperti Muhaimin Iskandar yang disebut-sebut bakal menjabat sebagai Menakertrans, A. Hilmy Faisal Zaini sebagai Meneg Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal, Suryadharma Ali sebagai Menag. Apa mereka itu bisa bekerja? Mengapa orang-orang yang gagal di DPR, semisal Agung Laksono, Patrialis Akbar, dan Hilmy Faisal justru dijadikan menteri,” kata Sukardi.
Dengan merangkul seluruh parpol yang kalah dalam Pilpres 2009, menurut Sukardi, sesungguhnya SBY ingin menjadikan kekuasaannya seperti ”taman ketenteraman”, yang selama lima tahun ke depan diharapkan tidak ada yang protes, baik di parlemen maupun pemerintahan.
”Namun, kalau kekuasaan itu solid dan tenteram, SBY bisa terjebak hanya untuk menikmati bunga mawar dalam taman ketenteraman tersebut tanpa harus bekerja keras,” ujar Sukardi. (A-109/A-147)***